anthurium

anthurium
generasi muda anthurium terus tumbuh tak terbendung

07.29 Edit This 0 Comments »

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Identitas

 Kelas/ Semester /Tahun
: XI/ GENAP/ 2020
Mata Pelajaran
: Biologi
 Alokasi Waktu
: 10 x 45 menit
Materi
: Sistem Pertahanan Tubuh
 Guru SMA N 1 Gringsing, Kab. Batang, Prov Jateng
                             :  Sumi, M.Pd



Tujuan

Melalui proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan hasil mengolah informasi diharapkan siswa dapat:
1.  Menganalisis penyebab HIV AIDS
2.  Menjelaskan struktur sel/jaringan tubuh yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh
3.  Menjelaskan fungsi antigen, antibodi bagi pertahanan tubuh
4.  Menjelaskan penyebab gangguan kelainan kekebalan tubuh serta cara mengatasi kelainan-kelainan yang berhubungan dengan sistem imun dari berbagai sumber
5.  Menganalisis proses terbentuknya kekebalan tubuh yang dapat terjadi secara pasif-aktif dan  terjadi karena bekerjanya jaringan tubuh yang melawan benda asing masuk ke dalam tubuh
6.  Menjelaskan secara lisan tentang mekanisme terbentuknya sistem kekebalan dalam tubuh, dapat terganggu akibat berbagai sebab dan istilah-istilah baru yang berkaitan dengan sistem kekebalan
7.  Melakukan kampanye pentingnya partisipasi masyarakat dalam program immunisasi serta kelainan dalam sistem imun











Proses Pembelajaran


 Pendahuluan
(Apersepsi)
:

 Tampilkan video tentang HIV
 Pertanyaan awal : Bagaimana seseorang bisa terjangkit  penyakit AIDS? Bagian mana dari tubuh yang diserang virus HIV?
Kegiatan Inti
:

Pertemuan  1
·       Mendiskusikan hubungan HIV/AIDS dengan sistem kekebalan tubuh.
·       Mengkaji literatur tentang struktur sel/jaringan tubuh yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh melalui kerja kelompok.
·       Mempresentasikan hasil kerja kelompok
Pertemuan 2
·       Mendiskusikan fungsi antigen, antibodi bagi pertahanan tubuh melalui kerja kelompok.
·       Menayangkan video tentang antigen dan antibodi bagi pertahanan tubuh.
Pertemuan 3
·       Mendiskusikan penyebab gangguan kelainan kekebalan tubuh serta cara mengatasi kelainan-kelainan yang berhubungan dengan sistem imun dari berbagai sumber melalui kerja kelompok.
·       Mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Pertemuan 4
·       Mendiskusikan proses terbentuknya kekebalan tubuh yang dapat terjadi secara pasif-aktif dan  terjadi karena bekerjanya jaringan tubuh yang melawan benda asing masuk ke dalam tubuh melalui kerja kelompok.
·       Mendiskusikan mekanisme terbentuknya sistem kekebalan dalam tubuh, dapat terganggu akibat berbagai sebab dan istilah-istilah baru yang berkaitan dengan sistem kekebalan.
·       Mempresentasikan hasil kajian diskusi kelompok. 
Pertemuan 5
·       Membuat poster untuk kampanye program imunisasi dan kelainan sistem imun secara berkelompok.
·       Mempresentasikan poster sekaligus kampanye secara kelompok.
 Proses pembelajaran ini siswa dibebaskan untuk memilih sumber belajar, termasuk dari sumber internet.
 Siswa mencari informasi mengenai sistem imun dengan pengawasan dan bimbingan guru
 Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan hal-hal yang berkaitan dengan sistem imun.

Penutup
:
Menyimpulkan hasil pembelajaran. Setelah melakukan pembelajaran, diharapkan siswa memahami tentang system imun.

Penilaian

Rasa Ingin Tahu
: Melalui pengamatan pada proses pembelajaran
Tanggung Jawab
: Melalui pengamatan pada proses dan hasil dari pembelajaran
Pengetahuan dan Ketrampilan
: Melalui diskusi, tanya jawab, dan lembar tugas yang diberikan guru pada proses pembelajaran dan penugasan. Dalam bentuk: Tes tertulis/Tugas/Portofolio/proyek
Gringsing, Januari 2020
Guru Mata Pelajaran

Sumi, M.Pd.
NIP.
 
 

05.58 Edit This 0 Comments »
Mata Kuliah :
KAPITA SELEKTA HEWAN

TAKE HOME EXAM
SISTEM IMUN
Oleh :
SUMI


Slide 1

SISTEM IMUN

Pertahanan tubuh terhadap infeksi terdiri dari sistem imun alamiah atau nonspesifik yang sudah ada dalam tubuh, dan dapat bekerja segera bila ada ancaman, sedangkan sistem imun spesifik baru bekerja setelah tubuh terserang dengan mikroorgansime ke dua kali atau lebih. Sistem imun nonspesifik terdiri dari faktor fisis seperti kulit, selaput lendir, silia, batuk dan bersin, faktor larut yang terdiri dari faktor biokimia seperti lisozim (keringat), sekresi sebaseus, asam lambung, laktoferin dan asam neuraminik, faktor humoral sepeti komplemen, interferon dan CRP, sedangkan faktor selular seperti sel fagosit (mono-dan polimorfonukliar), sel NK, sel mast dan sel basofil. Sistem imun spesifik terdiri dari faktor humoral seperti berbagai antibodi yang diproduksi sel B dan faktor selular seperti Th (Th1, Th2, Ts, Tdth dan Tc).



Slide 2

Sistem pertahanan
Jalur pertama, memblokir jalur masuk pathogen ke dalam tubuh
Jalur kedua, jika masuk ke dalam tubuh, terdapat pertahanan internal berupa fagositosis dan komplemennya (humoral)
Jalur ketiga dari pertahanan system imun berupa antibody dan limfosit T

Komponen pertama sistem imun non spesifik humoral ialah sistem komplemen, suatu enzim serum yang meningkatkan fagositosis bakteri dengan cara opsonisasi dan mengaktifkan reaksi inflamasi. Komplemen dapat menghancurkan membran sel bakteri serta melepaskan faktor kemotaktik untuk menggerakkan sel fagosit ke lokasi infeksi. Komponen kedua
ialah protein fase akut plasma, misalnya C-reactive protein(CRP), yang mengikat berbagai molekul pada permukaan bakteri, mengikat komplemen dan mempermudah fagositosis bakteri. Komponen ketiga ialah interferon, yang dihasilkan oleh monosit dan limfosit T pada infeksi virus.

Slide 3

1. Membran luar pembuluh darah mengalami permeabilitas untuk memudahkan ditembus oleh makrofag keluar menuju jaringan kulit yang terinfeksi patogen (bakteri).
2. Makrofag ketika menelan bakteri tahap demi tahap. Makrofag memanjang untuk menangkap bakteri.
3. Bakteri tertangkap dan terjebak di dalam perpanjangan membran makrofag.Bakteri yang sudah terperangkap di membran makrofag ditelan satu persatu.
Fagositosis adalah fitur imunitas bawaan penting yang dilakukan oleh sel yang disebut fagosit. Fagosit menelan, atau memakan patogen atau partikel. Fagosit biasanya berpatroli mencari patogen, tetapi dapat dipanggil ke lokasi spesifik oleh sitokin.Ketika patogen ditelan oleh fagosit, patogen terperangkap di vesikel intraselular yang disebut fagosom, yang sesudah itu menyatu dengan vesikel lainnya yang disebut lisosom untuk membentuk fagolisosom. Patogen dibunuh oleh aktivitas enzim pencernaan atau respiratory burst yang mengeluarkan radikal bebas ke fagolisosom. Fagositosis berevolusi sebagai sebuah titik pertengahan penerima nutrisi, tetapi peran ini diperluas di fagosit untuk memasukan menelan patogen sebagai mekanisme pertahanan.Fagositosis mungkin mewakili bentuk tertua pertahanan, karena fagosit telah diidentifikasikan ada pada vertebrata dan invertebrata.


Slide 4
Oligosakarida spesifik pada neutrofil melekat pada lectin yang terdapat pada membran sel. Kesesuaian ikatan ini meningkatkan permeabilitas membran pembuluh kapiler sehingga netrofil dapat menembus keluar menuju jaringan tubuh yang terinfeksi.



Efek histamin ialah peningkatan aliran darah dan permiabilitas vaskuler sehingga sel-sel leukosit lebih mudah keluar dari pembuluh darah ke lokasi infeksi.Netrofil teraktivasi akan keluar dari pembuluh darah menuju ke jaringan tempat terjadinya infeksi, lalu memakan dan memasukkan bakteri yang telah diselubungi C3b ke dalam fagosomnya.4 Selanjutnya terjadi pelepasan berbagai spesies oksigen reaktif oleh netrofil untuk membunuh kuman.
Neutrofil adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba dan antigen lainnya. Neutrofil memiliki granula yang mengandung enzim untuk menghancurkan antigen yang ditelan olehnya. Neutrofil ditemukan di dalam darah; untuk keluar dari darah dan masuk ke dalam jaringan, neutrofil memerlukan rangsangan khusus.


Slide 5


Bakteri di dalam plasma
Sistem komplemen, suatu enzim serum yang meningkatkan fagositosis bakteri dengan cara opsonisasi dan mengaktifkan reaksi inflamasi. Komplemen dapat menghancurkan membran sel bakteri serta melepaskan faktor kemotaktik untuk menggerakkan sel fagosit ke lokasi
Bakteri di pecah atau lisis kemudian dicerna di dalam lisosom


Slide 6


Respiratory burst berlangsung sekitar 30 – 60 menit dan memerlukan oksigen.
Respiratory burst terjadi pada saat leukosit memfagosit mikroorganisme yang merupakan refleksi utilisasi oksigen yang sangat meningkat disertai produksi sejumlah besar derivat reaktif, yaitu O2-, H2O2, OH dan OCl-
. Sebagian derivat ini merupakan mikrobisidal yang poten. Sistim rantai transport elektron yang bertanggung jawab terhadap respiratory burst ini memiliki komponen-komponen antara lain(2)
:
1) NADPH oksidase (NADPH O2-oksidoreduktase).
2) Sitokrom tipe b: mampu mereduksi oksigen menjadi superoksida. Karena pengaruh oksidase dan sitokrom di atas, maka oksi- gen direduksi menjadi superoksida. Kemudian superoksida secara spontan dengan bantuan enzim superoksida dismutase diubah menjadi H2O2. Superoksida yang terbentuk disalurkan ke luar sel atau ke dalam phagolisosom. Di dalam phagolisosom, bakteri dibunuh oleh adanya aksi kombinasi dan pH yang meninggi, ion superoksida, derivat oksigen lain, peptida/protein lain yang bersifat bakterisid

Slide 7

Senyawa ini:
1) Dipakai oleh mieloperoksidase. Mieloperoksidase H2O2+ X-+ H+-----­­­­­HOX + H2O(1,3)
(X = Cl, Br, I-, SCN-; HOCI = asam hipoklorit) H2O2 dihasilkan oleh sistim NADPH-oksidasde. HOCI adalah oksidan dan mikrobisid kuat.
2) Diubah menjadi (OH) dengan bantuan enzim Glutation peroksidase.
3) Diubah oleh Katalase menjadi Air dan O2-. 2H2O2-----2H2O + O2
­­­­­­­­­­­­­­­Radikal hidroksil (OH) juga dapat terbentuk dari H2O yaitu bila terdapat ion-ion logam (misal : Fe2+menurut Reaksi Fenton, dan Reaksi Haber-Weiss(1,3)
(i) Fe2++ H2O2 -------­­­­Fe3++ OH + OH-
(ii) O2-+ H2O2­­­­---------O2+ OH-+ OH


Slide 8

Pembagian Antigen:
1. Antigen. kelas I : hanya ditemukan pada tumor itu saja dan tidak pada sel normal /keganasan lain.
2. Antigen klas II : juga ditemukan pada tumor lain.
3. Antigen klas III : juga ditemukan pada sel normal dan ganas.
Antigen onkofetal tumor mengekpresikan dirinya :
- melalui permukaan
- Produknya yang dilepas dalam darah yang tidak ditemukan pd jaringan normal.
Antigen kelas I/ MHC KELAS I
- Pada semua sel berinti dan trombosit,yang dapat menjadi sasaran penolakan pada transplantasi.
- HLA-A,HLA-B,HLA-C.
- Antigen MHC I,mempresentasikan Ag terproses kepada CD8
- Karena TCR hanya mengenal komplek ag-MHC→CD8+selT : hanya berikatan dan membunuh sel terinfeksi yang mengandung Ag kelas I.
Antigen kelas II /MHC kelas II
- Sel dendritik,makrofag,sel B,sel T teraktivasi.
- HLA D,sub lokus :DP- Antigen MHC kelas II kusus berikatan dan mempresentasikan Antigen eksogen pada CD4+selT
- Merupakan Antigen terpenting pada penolakan transplantasi.
Slide 9


o Sel Natural Killer: membunuh virus dan tumor dengan cara kontak sel ke sel. Natural killer cell (sel NK) adalah sel limfosit tanpa ciri-ciri sel limfoid sistem imun spesifik yang ditemukan dalam sirkulasi. Oleh karena itu disebut juga sel non B non T atau sel populasi ke tiga atau null cell. Morfologis, sel NK merupakan limfosit dengan granul besar, oleh karena itu disebut juga large granular lymphocyte/LGL. Sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma. Interferon mempercepat pematangan dan meningkatkan efek sitolitik sel NK.
o Dalam respons yang diperantarai sel T, sel T sitotoksik melawan patogen intraseluler. Sebagian besar sel T sitotoksik diaktifkan oleh sitokin dan pengikatan spesifik ke kompleks MHC kelas I-antigen pada suatu sel target (sel-sel terinfeksi, sel-sel transplan, atau sel-sel kanker). Sel T itu kemudian akan mensekresikan perforin, yang membentuk pori )lubang) pada membran sel target, dan menyebabkan sel tersebut lisis atau pecah.
o Interferon merupakan glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel tubuh yang terinfeksi virus dan dapat juga oleh limfosit. Interferon diproduksi segera setelah invasi virus, sebelum sel-sel imunokompeten lain seperti makrofag diaktifkan dan antibodi dibentuk. Efek interferon adalah menginduksi sel-sel yang terdapat disekitar sel yang terinfeksi virus sehingga menjadi resisten terhadap virus.

Slide 10



1. Begitu virus mulai menyerang tubuh, sebagian akan tertangkap bagian antigennya lewat bantuan makrofag kemudian dimusnahkan. Sebagian dari jutaan sel T-penolong yang bergerak dalam peredaran darah memiliki kemampuan untuk "membaca" antigen khusus ini. Sel T khusus ini menjadi aktif apabila berikatan dengan makrofag.
2. Menggalakkan Penggandaan Sel. Begitu diaktivasi, sel T penolong mulai membelah diri. Mereka lalu memperingatkan sel T-pembunuh dan sel B, yang lebih sedikit jumlahnya dan sensitif terhadap virus musuh, agar membelah diri. Ketika jumlah sel B meningkat, sel T-penolong mengiriminya sinyal untuk mulai memproduksi antibodi.
Slide 11


Mengalahkan Infeksi. Pada poin ini sebagian virus sudah berhasil berpenetrasi ke dalam sel. Tempat satu-satunya virus dapat membelah diri adalah sel tubuh. Dengan senyawa kimia yang mereka sekresikan, sel T-penolong mematikan sel yang ditumpangi virus ini dengan cara melubangi membrannya lalu membuang elemen di dalamnya. Dengan demikian mereka mencegah virus dalam sel tersebut bereproduksi. Dengan menempel langsung di permukaan si virus, antibodi melumpuhkan virus itu dan mencegahnya menyerang sel lain. Terakhir, sel yang terinfeksi dihancurkan dengan bantuan senyawa kimia yang disiapkan sebelum pertempuran.


Slide 12

Sampai kini telah diketahui 3 jenis IFN : alfa, beta dan gama Ketiganya memiliki efek biologik yang sama pada sel, namun berbeda dalam struktur, berat molekul serta daya antivirus dan imunomodulasinya Seperti yang disebut di atas IFN terjadi karena rangsangan virus, di samping itu sebagai akibat induksi oleh beberapa mikroorganisme, asam nukleat, antigen, mitogen dan polimer
sintetik. Proses induksi yang berlangsung berturut-turut menyebabkan depresi gen pembuat IFN, transplasi warna IFN dan transplasi protein IFN; keseluruhan proses berlangsung hanya dalam beberapa jam(2,6)
.
Setelah dihasilkan, IFN bekerja melalui beberapa mekanisme utama sebagai berikut :
IFN segera terikat pada reseptor spesifik pada permukaan sel; ikatan ini mengaktifkan 2 macam ensim, yaitu :
a)protein kinase, yang membantu fosforilasi 2 macam protein protein Alfa 1 dan elf-2 alfa. Kedua protein ini menghambat sintesis protein virus.
b)2', 5' oligoadenylate (2' 5' A) synthetase, yang membentuk oligonukleotida rantai pendek. Oligonukleotida ini selanjutnya merangsang ensim ribonuklease, yang akan menyebabkan degradasi RNA virus
.
Beberapa ensim lain, seperti sitokrom P450, juga diaktifkan oleh IFN. Ini berarti IFN bekerja pada beberapa tempat dalam fungsi antivirus ini.
Slide 13

Virus menginfeksi sel
Sel mengeluarkan antigen virus
Sel yang terindfeksi dibunuh oleh cairan racun yang diaktifkan sel T pada inti sel inang dan DNA virus

Slide 14

Peptida dihasilkan oleh CD8 sitotoksis sel T di luar membrane plasma
Protein virus sibentuk dalam sitoplasma ribosom
Protein globular virus menyerang
Proteasome memecah protein menjadi beberapa peptide
Protein peptide transporter memindahkan peptide ke dalam reticulum endoplasma
Protein MHC I α da β dibuat di reticulum endoplasma
Peptide dengan MHC bergerak menuju badan golgi
Peptida dengan MHC dari badan golgi menuju permukaan membranSlide 15
CTL mengenal antigen pada sel target
CTL aktif
Serangan mematikan diberikan CTL menggunakan perforin atau grandzyme B
CTL melepaskan diri dari sel target
Sel target mati mengalami apotopsis

Sel T pembunuh secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing atau abnormal di permukaan mereka. Sel T pembunuh adalah sub-grup dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya), atau merusak dan mematikan patogen. Seperti sel B, tiap tipe sel T mengenali antigen yang berbeda. Sel T pembunuh diaktivasi ketika reseptor sel T mereka melekat pada antigen spesifik pada kompleks dengan reseptor kelas I MHC dari sel lainnya. Pengenalan MHC ini:kompleks antigen dibantu oleh co-reseptor pada sel T yang disebut CD8. Sel T lalu berkeliling pada tubuh untuk mencari sel yang reseptor I MHC mengangkat antigen. Ketika sel T yang aktif menghubungi sel lainnya, sitotoksin dikeluarkan yang membentuk pori pada membran plasma sel, membiarkan ion, air dan toksin masuk. Hal ini menyebabkan sel mengalami apoptosis.

Slide 16
Pada orang yang kebal, sel T pembunuh menyerang dan menghancurkan sel yang membawa antigen asing, seperti sel yang terinfeksi virus atau sel kanker. Sel T ini memiliki vakuola penyimpanan yang mengandung senyawa kimia, disebut perforin, karena ia melubangi membran sel dan melepaskan unit perforin protein. Unit ini bersatu membentuk lubang pada membran sasaran. Setelah itu, cairan dan garam masuk sehingga sel sasaran akhirnya pecah.
Pada sistem kekebalan, sitokinesis berfungsi sebagai pembawa pesan. Sitokinesis dihasilkan oleh sel-sel pada sistem kekebalan sebagai respon terhadap perangsangan. Sitokinesis memperkuat (membantu) beberapa aspek sistem kekebalan dan menghalangi (menekan) aspek yang lainnya. Beberapa sitokinesis bisa diberikan sebagai suntikan untuk mengobati penyakit tertentu. Contohnya: - alfa interferon efektif untuk mengobati kanker tertentu (misalnya leukemia sel berrambut) - beta interferon digunakan untuk mengobati sklerosis multipel - interleukin-2 diberikan kepada penderita melanoma maligna dan kanker ginjal
Pada gambar di atas, menggunakan gamma interferon untuk menekan fungsi tumor necrosis factor sehingga tidak terjadi sintetase.Slide 17

1. Proses fagositosis mendekati dan menelan bakteria atau mikroba lainnya. Bahan yang ditelan akan berada dalam fagosom. Fagosom akan menyatu dengan lisosom dan membentuk fagolisosom. Radikal-radikal oksigen dan enzim-enzim proteolisis akan dimasukkan ke dalam fagolisosom untuk mencerna benda asing dan memusnahkan benda tersebut. Hasil percernaan akan dikeluarkan dan sebagian dari partikel-partikel kecil akan diberikan kepada limfosit untuk mengaktifkan limfosit. Apabila fagositosis berlangsung, organisma atau benda asing terdapat dalam fagosom akan meningkatkan pengambilan oksigen, hal ini akan memicu peristiwa letupan oksidatif (oksidatif burst)
2. Limfosit, khususnya sel T mempunyai suatu interaksi dengan molekul MHC (major histocompatibility complex), pada manusia disebut HLA (human leucocyte antigen) yang sangat penting untuk dapat menjalankan fungsinya. Molekul MHC I, terdapat pada semua sel bernukleus dalam tubuh, akan menyajikan fragmen antigen ke sel T sitotoksik. Molekul MHC II, yang ditemukan terutama pada sel makrofag, dan sel B, menyajikan fragmen antigen ke sel T helper. Sel T yang sedang berkembang terpapar ke molekul MHC I dan II pada sel timus. Hanya sel-sel T yang mengandung reseptor dengan afinitas terhadap MHC-self yang mencapai pematangan
3. Antibodi Jika dirangsang oleh suatu antigen, limfosit B akan mengalami pematangan menjadi sel-sel yang menghasilkan antibodi. Antibodi merupakan protein yang bereaksi dengan antigen yang sebelumnya merangsang limfosit B. Antibodi juga disebut immunoglobulin. Setiap molekul antibodi memiliki suatu bagian yang unik, yang terikat kepada suatu antigen khusus dan suatu bagian yang strukturnya menerangkan kelompok antibodi. Terdapat 5 kelompok antibodi:
1. IgM adalah antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen.
2. IgG merupakan jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada pemaparan antigen berikutnya.
3. IgA adalah antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan tubuh terhadp masuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput lendir, yaitu hidung, mata, paru-paru dan usus.
4. IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi segera). IgE penting dalam melawan infeksi parasit (misalnya river blindness dan skistosomiasis), yang banyak ditemukan di negara berkembang.
5. IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya dimengerti.
Slide 18
Makrofag mendekati spora jamur lalu menelannya secara fagositosis.
Sistem kekebalan memiliki sistem peredaran sendiri yaitu pembuluh getah bening, yang masuk ke setiap organ tubuh kecuali otak. Pembuluh getah bening mengandung cairan kental (getah bening) yang terdiri dari cairan yang mengandung lemak dan sel-sel darah putih. Selain pembuluh getah bening terdapat daerah khusus, yaitu kelenjar getah bening, amandel (tonsil, sumsum tulang, limpa, hati, paru-paru dan usus; dimana limfosit bisa diambil, diangkut dan disebarkan ke bagian yang memerlukannya sebagai bagian dari respon kekebalan. Kerja sistem ini bisa terlihat jika sebuah luka atau infeksi pada ujung jari menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening di sikut; atau jika terjadi infeksi tenggorokan maka akan ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah rahang. Pembengkakan kelenjar getah bening terjadi karena pembuluh getah bening mengeringkan infeksi dengan cara membawanya ke daerah terdekat dimana respon kekebalan bisa dilaksanakan.
Makrofag adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba, antigen dan zat-zat lainnya. Sitoplasma makrofag mengandung granula yang terdiri dari beberapa bahan kimia dan enzim yang terbungkus dalam suatu selaput. Enzim dan bahan kimia ini memungkinkan makrofag mencerna dan menghancurkan mikroba yang tertelan olehnya. Makrofag tidak ditemukan di dalam darah, tetapi terdapat di tempat-tempat strategis, dimana organ tubuh berhubungan dengan alira darah atau dunia luar. Misalnya makrofag ditemukan di daerah dimana paru-paru menerima udara dari luar dan sel-sel hati berhubungan dengan pembuluh darah.
Slide 19
Bakteri di luar sel didekati makrofag lalu melakukan opsonisasi lalu dicerna di dalam lisosom

Proteksi melalui barier humoral Berbagai bahan dalam sirkulasi, yaitu komplemen, C-reactive protein (CRP), dan interferon. Komplemen merupakan protein serum yang diproduksi di hati dan disusun oleh lebih dari 20 rantai protein, terdapat dalam bentuk molekul yang larut dalam sirkulasi. Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruksi bakteri dan parasit dengan jalan opsonisasi
(1) Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri
(2) komplemen dapat berfungsi sebagai faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri
(3) komplemen dapat diikat pada permukaan bakteri yang memudahkan makrofag untuk mengenal (opsonisasi) dan memakannya
Kejadian-kejadian tersebut diatas adalah fungsi sistem imun nonspesifik, tetapi dapat pula terjadi atas pengaruh respon imun spesifik.Slide 20



Ada dua reseptor pada permukaan sel yang akan mengenali toksin yang dihasilkan oleh bakteri, kemudian dilakukan netralisasi oleh antibodidengan opzonisasi toksin kemudian masuk ke dalam fagosom diikat oleh fe reseptor. Bakteri dan virus membawa senyawa kimia di permukaannya, yang disebut antigen. Sebagian limfosit menghasilkan antibodi untuk mengikatkan diri dengan antigen, sehingga memudahkan sel darah putih menelan bakteri tersebut. Antibodi mempunyai ciri khas yang sangat berbeda dan mereka hanya dihasilkan untuk dan mengikatkan diri kepada antigen khusus. Sebagaimana diperlihatkan pada gambar di atas, antigen (segi tiga) dengan pas sesuai dengan antibodi, lingkaran dengan potongan segi tiga. Slide 21


Setelah masuk ke dalam fagosom, terjadi fagositosis oleh makrofag, ikatan antigen-antibodi dicerna.
Slide 22
Mycobacteria menginfeksi makrofag


Gambar ini memperlihatkan cara sel memecah mikroba dan menyerahkannya kepada sel T. Seperti yang ditunjukkan di bagian kanan, sel T akan diaktivasi hanya jika reseptor antigennya cocok dengan antigen tersebut, jika molekul CD4 menempel ke kompleks antigen, dan jika sejumlah molekul lain berkombinasi satu sama lain. Mekanisme pengamanan ini mencegah agar sel T matang tidak melancarkan serangan kekebalan terhadap tuan rumahnya.
Slide 23


Hubungan sel T dengan Major histocompatibility complex kelas I atau Major histocompatibility complex kelas II, dan antigen
Baik sel B dan sel T membawa molekul reseptor yang mengenali target spesifil. Sel T mengenali target bukan diri sendiri, seperti patogen, hanya setelah antigen (fragmen kecil patogen) telah diproses dan disampaikan pada kombinasi dengan reseptor "sendiri" yang disebut molekul major histocompatibility complex (MHC). Terdapat dua subtipe utama sel T: sel T pembunuh dan sel T pembantu. Sel T pemnbunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul kelas I MHC, sementara sel T pembantu hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul kelas II MHC. Dua mekanisme penyampaian antigen tersebut memunculkan peran berbeda dua tipe sel T. Yang ketiga, subtipe minor adalah sel T γδ yang mengenali antigen yang tidak melekat pada reseptor MHC.
Sel T pembantu mengekspresikan reseptor sel T yang mengenali antigen melilit pada molekul MHC kelas II. MHC:antigen kompleks juga dikenali oleh reseptor sel pembantu CD4 yang merekrut molekul didalam sel T yang bertanggung jawab untuk aktivasi sel T. Sel T pembantu memiliki hubungan lebih lemah dengan MHC:antigen kompleks daripada pengamatan sel T pembunuh, berarti banyak reseptor (sekitar 200-300) pada sel T pembantu yang harus dililit pada MHC:antigen untuk mengaktifkan sel pembantu, sementara sel T pembunuh dapat diaktifkan dengan pertempuran molekul MHC:antigen. Kativasi sel T pembantu juga membutuhkan durasi pertempuran lebih lama dengan sel yang memiliki antigen Aktivasi sel T pembantu yang beristirahat menyebabkan dikeluarkanya sitokin yang memperluas aktivitas banyak tipe sel. Sinyak sitokin yang diproduksi oleh sel T pembantu memperbesar fungsi mikrobisidal makrofag dan aktivitas sel T pembunuh. Aktivasi sel T pembantu menyebabkan molekul diekspresikan pada permukaan sel T, seperti CD154), yang menyediakan sinyal stimulasi ekstra yang dibutuhkan untuk mengaktifkan sel B yang memproduksi antibodi.

Slide 24


Sel T karakteristiknya memiliki T-cell receptors (TCRs) mengenali antigen yang dipresentasikan oleh major-histocompatibility-complex (MHC) molekul, seperti ditunjukkan pada gambar sebelah kiri. Kebanyakan sel T cytotoxic umumnya positif CD8, mengenali antigen yang dipresentasikan oleh MHC-I dan membunuh sel yang terinfeksi sehingga mencegah replikasi virus. Sel T cytotoxic yang teraktivasi mensekresi interferon-γ, bersama dengan interferon-α dan interferon-β hasil produksi dari sel yang terinfeksi membangun suatu keadaan resistensi seluler terhadap infeksi viral. Seperti ditampilkan pada gambar sebelah kanan sel T helper umumnya positif CD4, mengenali antigen yang dipresentasikan oleh MHC-II dan dapat dibagi menjadi dua populasi besar. Tipe 1 (Th1) mensekresi interferon-γ dan interleukin-2 yang mengaktivasi makrofag dan sel T cytotoxic untuk membunuh organisme intraseluler; tipe 2 (Th2) mensekresi interleukin-4, 5, dan 6 membantu sel B mensekresi antibodi protektif. Sel B mengenali antigen baik secara langsung atau dalam bentuk kompleks imun dalam follicular dendritic sel di germinal centers.
Slide 25
Antigen mendekati TH sel
Mengekspresikan B7
TH sel aktif dan mengekspresikan ligan CD40, mensekresi sitokin
Sitokin berikatan dengan reseptor sitokin dan CD40 berikatan dengan reseptor CD40
Sel B aktif
Sel B melakukan poriferasi, diferensiasi dan mengeluarkan antibodi

Yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten dalam sumsum tulang. Respon imun humoral diawali dengan diferensiasi limfosit B menjadi satu populasi (klon) sama yang memproduksi antibodi spesifik dan limfosit B memori. Setiap klon limfosit diprogram untuk memproduksi satu jenis antibodi yang spesifik terhadap antigen tertentu. Antibodi berikatan dengan antigen yang sesuai membentuk kompleks antigen-antibodi yang dapat mengaktifasi komplemen yang mengakibatkan hancurnya antigen tersebut. Diferensiasi limfosit B terjadi dengan bantuan Th melalui sinyal yang diterima oleh limfosit T dari MHC (major-histocompatibility-complex) atau dari makrofag. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan di dalam serum. Fungsi utama antibodi ini ialah pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus, dan bakteri serta menetralisir toksinnya.Antibodi yang diproduksi oleh sel plasma dapat berikatan dengan antigen yang berada dalam cairan tubuh (soluble antigens) atau antigen yang berada pada permukaan sel atau jaringan. Bagian antigen yang berinteraksi dengan antibodi disebut epitope, dan bagian antibodi yang berinteraksi dengan antigen disebut antigenic determinant.
Yang berperan dalam sistem imun spesifik seluler adalah limfosit T atau sel T. Pada orang dewasa sel T dibentuk di dalam sumsum tulang tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus. Sembilan puluh sampai sembilan puluh lima persen semua sel timus tersebut mati dan hanya lima sampai sepuluh persen menjadi matang dan meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi dan kelenjar getah bening.
Menggunakan molekul antibodi sebagai reseptor, sel B mengenali epitope pada permukaan dari antigen. Jika terstimulasi oleh kontak tersebut sel B berproliferasi dan menghasilkan klon yang dapat mensekresi antibodi dimana spesifisitasnya serupa dengan reseptor pada permukaan sel tempat berikatan dengan epitope. Respon biasanya melibatkan beberapa klon yang berbeda dari limfosit dan oleh karena itu disebut juga sebagai poliklonal. Walaupun tidak tampak pada gambar ini, untuk setiap epitope mungkin terdapat beberapa klon limfosit yang berbeda dari reseptor sel B berbeda. Masing-masing akan mengenali epitope dalam jalan berbeda, dan kekuatan ikatan yang berbeda (afinitas).
Antibodi tidak dapat menjangkau mikroorganisme yang hidup dan berkembangbiak intraseluler. Untuk menghancurkan mikroorganisme tersebut sistem imunitas tubuh mengaktifkan fungsi limfosit T. Fungsi sel T umumnya ialah membantu sel B memproduksi antibodi; mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus; mengaktifkan makrofag dalam fagositosis; mengontrol ambang dan kualitas sistem imun.
Sel T CD4+ (Th1 dan Th2) sel T naif CD4+ masuk sirkulasi dan menetap di dalam organ limfoid seperti kelenjar getah bening untuk bertahun-tahun sebelum terpajan dengan antigen atau mati. Sel tersebut mengenal antigen yang dipresentasikan bersama molekul MHC-II oleh APC dan berkembang menjadi subset sel Th1 atau sel Tdth atau Th2 yang tergantung dari sitokin lingkungan.
Sel T CD4+ (Th1 ; Th2) berperan dalam mengaktifkan makrofag dan Tc (CD8+); membantu sel B mensekresi antibodi.